KOMPARASI PROSES AKULTURASI PADA GAPURA KOMPLEKS MASJID DAN MAKAM KOTAGEDE YOGYAKARTA DAN SUNAN SENDANG DUWUR PACIRAN LAMONGAN

Main Article Content

Naufal Dzaki Nastikawa Putra
Aqbar Giffari Al Ghazi
Arif Budi Sholihah
Ina Fildzah Hanifah

Abstract

Indonesia merupakan negeri dengan multikultural yang sangat luas dari segi bahasa, suku, dan budaya. Salah satu budaya budaya yang tersebar sejak nenek moyang bangsa Indonesia adalah eksistensi kerajaan di penjuru nusantara Indonesia, baik pada zaman kerajaan Hindu, Budha, hingga kerajaan Islam. Bukti akan kerajaan di masa terdahulu adalah ditemukannya benda-benda peninggalan berupa arca, nekara, lempengan, prasasti, candi, dan masjid. Hal itu membuktikan adanya proses akulturasi yang membentuk budaya dan cara bermukim serta keterkaitan atau makna bangunan bersejarah bagi masyarakat sekitar. Namun, belum banyak dikaji bagaimana proses akulturasi budaya tersebut terjadi dan makna apa yang terkandung didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses akulturasi budaya pada zaman kerajaan Hindu-Budha dan kerajaan Islam melalui perbandingan dua obyek kompleks makam dan masjid Kotagede dan Sendang Duwur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dimana penelitian dilakukan dengan observasi lapangan yang meliputi observasi visual dan wawancara. Data sekunder yang digunakan adalah penelitian sebelumnya untuk melengkapi data dari proses wawancara. Penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan pencapaian budaya dan penggunaan bangunan yang dipengaruhi oleh Hindu-Budha merupakan bentuk budaya budaya yang bertujuan untuk mengambil hati masyarakat sekitar dalam menyampaikan Islam dengan halus dan tidak frontal. Pada kompleks Makam Sunan Sendang Duwur bangunan tersebut berdiri sebelum Islam menyebar pada wilayah tersebut yang ditandai dengan relief pada gapura yang masih menggunakan bentuk makhluk hidup. Sedangkan dalam kompleks Masjid Kotagede, gapura tersebut dibangun setelah menyebarnya Islam pada kawasan tersebut yang ditandai dengan relief gapura yang menggunakan bentuk tumbuhan karena penyesuaian dengan ajaran Islam untuk memahat makhluk hidup secara timbul.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

Section
Articles