LADANG BERPINDAH DAN MODEL PENGEMBANGAN PANGAN INDONESIA Studi Kasus Daerah Dengan Teknik Ladang Berpindah Dan Pertanian Modern

  • Muhammad Rifqi Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
Keywords: Bawen; Masyatakat Adat; Pestisida; Polikultur; Sungai Utik

Abstract

Ladang berpindah telah dilakukan sejak 10.000 tahun sebelum masehi oleh masyarakat adat. Banyak anggapan bahwa ladang berpindah adalah kegiatan primitif yang merusak hutan. Akan tetapi, pada beberapa kasus, perladangan berpindah justru mampu mempertahankan keanekaragaman hayati ekosistem di sekitarnya. Review paper ini bertujuan untuk mempelajari konsep dasar teknik perladangan berpindah yang dilakukan oleh masyarakat adat di Dusun Sungai Utik, Kalimantan Barat, serta perbedaannya dengan sistem pertanian modern di Kecamatan Bawen, Semarang. Hasil review menunjukkan bahwa sebagian besar teknik pertanian modern berpotensi merusak ekosistem. Sebanyak 75% danau Rawa Pening telah rusak akibat invasi enceng gondok (Eichornia crassipes) akibat suplai nutrien berlebih yang masuk ke dalam danau oleh kegiatan pertanian modern berskala besar. Sistem monokultur pada pertanian modern juga berdampak pada meningkatnya populasi hama. Model pengembangan pertanian modern berkelanjutan menekankan pada sistem pertanian polikultur. Keanekaragaman predator yang lebih tinggi pada pertanian polikultur mampu mengendalikan populasi hama. Pengendalian biologis terhadap hama dapat menurunkan tingkat penggunaan pestisida yang tidak ramah lingkungan. Penggunaan konsep ladang berpindah dalam sistem pertanian modern dapat menjadi solusi atas permasalahan pangan di Indonesia.

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2017-02-25