open access

Abstract

Sistem drainase yang umumnya masih menggunakan sistem drainase konvensional, artinya air hujan ditampung oleh saluran drainase yang selanjutnya langsung dibuang kesungai. Dengan demikian air hujan yang dapat diresap oleh tanah akan berkurang. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu upaya penambahan kandungan air tanah yang salah satunya dengan mengalihkan curah hujan yang diterima atap rumah ke dalam imbuhan buatan yaitu sumur resapan. Kajian studi ini bertujuan untuk mengombinasikan sistem drainase yang ada dengan menambahkan sumur resapan agar proses peresapan lebih optimal untuk menjaga air tanah tetap ada. Dari hasil perencanaan didaerah studi diperoleh ukuran sumur resapan diameter 1,4 meter sesuai dengan standart maksimum SK SNI N0. 03 – 2459 – 1991, dengan kedalaman sumur 2,7 meter. Jumlah sumur resapan untuk daerah studi  sebanyak  3003  buah.  Debit  maksimum  yang  dapat  tertampung  didalam sumur resapan adalah sebesar 8,2945 x 10-4 m3.det-1. Debit limpasan sebelum adanya sumur resapan untuk lahan pertanian, pemukiman dan pekarangan sebesar 52,54014 m3.det-1. Dan debit limpasan pembanding untuk lahan pemukiman saja sebesar 7,42476 m3.det-1. Debit air hujan yang melimpas setelah adanya sumur resapan di daerah studi sebesar 50,1799 m3.det-1 untuk luasan lahan seluruh wilayah kecamatan jatikalen dan perbandingan debit yang melimpas untuk daerah lahan pemukiman saja yaitu sebesar  5,0645  m3.det-1,  sehingga  terjadi  pengurangan  debit  limpasan  sebesar 4,50% untuk seluruh lahan dan 31,53 % untuk lahan pemukiman pada daerah studi. Sumur resapan yang direncanakan mampu meresapkan air hujan yang tertampung dalam sumur resapan antara 14 jam sampai 24 jam, dengan penambahan sumur resapan sebagai imbuhan pada wilayah Kecamatan Jatikalen akan sangat efisien jika penempatannya diletakkan di daerah pemukiman.