PEMBUATAN PETA KEMIRINGAN LERENG MENGGUNAKAN DEM PRESISI FOTO UDARA UNTUK MITIGASI BENCANA LONGSOR

Studi Kasus di Pandansari, Ngantang, Kabupaten Malang

  • Fransisca Dwi Agustina Program Studi Teknik Geodesi, Institut Teknologi Nasional Malang
  • Martinus Edwin Tjahjadi Program Studi Teknik Geodesi, Institut Teknologi Nasional Malang
  • Vikanisa Rahmadany Program Studi Teknik Geodesi, Institut Teknologi Nasional Malang
Keywords: DEM, DEM Presisi, DSM2DTM, Slope

Abstract

Salah satu pemanfaatan teknologi drone yaitu dapat digunakan sebagai upaya mitigasi bencana longsor. Hasil pemotretan foto udara, selain ortofoto yaitu adanya data DEM. Pada dasarnya DEM (Digital Elevation Model) merupakan representasi digital dalam bidang tiga dimensi dari data ketinggian pada permukaan suatu area. Untuk menghasilkan data kelerengan, maka dibutuhkan data dari ketinggian permukaan tanah atau elevasi DEM/DTM (Mahmudi dkk.,2015). Kualitas DEM mengacu pada presisi (ketepatan), reliabilitas (konsisten dalam pengukuran), dan akurasi data terukur. Ukuran presisi dapat dicapai dengan pengukuran fotogrametri dan tingkat presisi yang dihasilkan tergantung pada kualitas sumber data (foto udara). Sebuah DEM akan semakin presisi dan akurat dalam melakukan suatu pemodelan jika mempunyai hasil yang detail dan akurasi yang tepat (Sulistiana dkk., 2019). Secara visual, perbedaan yang mendasar dari DEM non presisi dan DEM presisi yaitu pada DEM presisi memiliki bentuk permukaan yang menyerupai detail permukaan daerah yang sebenarnya, dan nilai elevasi yang didapatkan tidak mengalami perbedaan yang signifikan. Sedangkan DEM non presisi menurut South Australian Government Data Directory, tidak memiliki spesifikasi akurasi dan dibuat selama proses aerotriangulasi (metode penentuan koordinat titik-titik medan berdasarkan foto udara) berkualitas rendah menyebabkan presisi resolusi yang rendah. Pada penelitian ini, peneliti memanfaatkan data DEM foto udara untuk diolah menjadi data DEM presisi guna pembuatan peta kemiringan lereng sesuai dengan kondisi daerah yang sebenarnya. Metode pengolahan DEM yang digunakan yaitu secara automasi dengan menerapkan proses filtering algorithm DSM2DTM dan secara manual yaitu filtering DEM editing. Untuk memperoleh tingkat kelas kemiringan lereng maka perlu dilakukan analisa slope pada permukaan DEM. Berdasarkan hasil pembuatan peta kemiringan lereng dari DEM presisi foto udara sesuai dengan standar ketelitian geometri peta dasar BIG No.15 Tahun 2014 (SNI 8022:2019) menunjukkan bahwa peta tersebut memenuhi pada skala 1:2500 di kelas 2 dan perbedaan antara nilai elevasi objek pada peta dengan nilai elevasi sebenarnya di lapangan lebih kecil dari jarak 1 meter. Hasil peta kemiringan lereng nantinya dapat digunakan sebagai parameter analisis longsor untuk mitigasi bencana.

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2022-07-21