KAJIAN TEKNIS SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA INTERMEDIATE STOCKPILE DI PT. INDONESIA PRATAMA TABANGKABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR SEBAGAI LANGKAH DALAM KONSERVASI ENERGI

  • Lakon Utamakno Magister Teknik Pertambangan UPN "Veteran" Yogyakarta
  • Arminotoh Achmad Magister Teknik Pertambangan UPN "Veteran" Yogyakarta
  • Cipto Dwi Prasetyo Magister Teknik Pertambangan UPN "Veteran" Yogyakarta
  • Jondriawan Magister Teknik Pertambangan UPN "Veteran" Yogyakarta
Keywords: Intermediate Stockpile, Swabakar, Double Handling, FIFO, LIFO .

Abstract

PT. Indonesia Pratama merupakan kontraktor pertambangan batubara di Tabang kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur dengan luas area 3.774 Hektar.Unit Penambangannya yakni Pit 31 dan Pit
32.Untuk menjaga kualitas dari batubara setelah ditambang, maka harus diperhatikan teknis penimbunannya.
Permasalahan yang timbul dari penimbunan batubara antara lain adalah adanya gejala swabakar pada timbunan
yang sudah terlalu lama, terjadinya genangan air asam tambang pada musim penghujan serta penanganan
penerimaan dan pengiriman untuk mengurangi timbunan di intermediate stockpile dan saluran terbuka yang kurang
baik.Dari hasil kajian di lapangan didapatkan bahwa disain Crusher Coal Stockpile, dengan bentuk limas
terpancung, memiliki luas dimensi lantai bawah 24.255 m2, ketinggian timbunan 15 meter, sudut timbunan 48,010
dan tonase optimal 282.185,306 ton. Pada sisi barat timbunan, terdapat jalan yang digunakan bulldozer untuk menuju ke atas timbuan, kemiringan sudut pada jalan ini sekitar 25 °, sehingga tidak menyulitkan alat berat untuk melakukan perawatan pada stockpile batubara tersebut. Pada Crusher Coal Stockpile sistem penimbunan dan
pembongkaran batubara dengan metode chevcon yakni kombinasi chevron dan cone ply dan sudah mengikuti aturan
yang baik (FIFO) tetapi masih ditemukan pola penimbunan dengan (LIFO) batubara yang pertama ditimbun tidak
dibongkar terlebih dahulu, sehingga pada stockpile terjadi "spontaneus combustion" dan juga timbul genangan air yang bersifat asam pada sekitar stockpile, ini dikarenakan kurangnya perawatan landasan stockpile dan perawatan
paritan. Dalam sehari jumlah batubara yang ditimbun (5.382,78 ton/hari) lebih besar daripada yang di bongkar
(4.878,81 ton/hari). Selain itu dilakukan juga penekanan terhadap jumlah produksi dan perencanaan jumlah optimal
pengiriman batubara tiap bulannya.Hal ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya double handling dan sebagai
langkah dalam konservasi energi.

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2017-02-25